Thursday, February 22, 2007

TEMPAYAN RETAK

Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar,

Masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan,
yang dibawa menyilang pada bahunya.

Satu dari tempayan itu retak,
sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak.
Jika tempayan yang tidak retak itu selalu dapat
membawa air penuh setelah perjalanan panjang
dari mata air ke rumah majikannya, sedangkan Tempayan Retak
hanya dapat membawa air setengah penuh.

Selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari.
Si tukang air hanya dapat membawa
satu setengah tempayan air ke rumah majikannya.
Tentu saja si tempayan yang tidak retak
merasa bangga akan prestasinya,
karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna.
Namun Si Tempayan Retak yang
malang itu
merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya.
Dan merasa sedih sebab ia hanya dapat
memberikan setengah dari porsi yang seharusnya
dapat diberikannya.

Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini,
Tempayan Retak itu berkata kepada si tukang air,
" Saya sungguh malu pada diri saya sendiri,
dan saya ingin mohon maaf kepadamu. "
" Kenapa? " tanya si tukang air,
" Kenapa kamu merasa malu? "
" Saya hanya mampu, selama dua tahun ini,
membawa setengah porsi air dari yang seharusnya
dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya


telah membuat air yang saya bawa bocor
sepanjang jalan menuju rumah majikan kita.
Karena cacatku itu, saya telah membuatmu rugi. "
kata Tempayan itu.

Si tukang air merasa kasihan pada Si Tempayan Retak,
Dan dalam belas kasihannya, ia berkata,
" Jika kita kembali ke rumah majikan besok,
aku ingin kamu


memperhatikan bunga-bunga indah
di sepanjang jalan.
"


Benar, ketika mereka naik ke bukit,
Si Tempayan Retak memperhatikan
dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah
di sepanjang sisi jalan,
dan itu membuatnya sedikit terhibur.

Namun pada akhir perjalanan,
ia kembali sedih karena separuh air yang dibawanya
telah bocor, dan kembali Tempayan Retak
itu meminta maaf pada si tukang air atas
kegagalannya.
Si tukang air berkata kepada Tempayan itu,
" Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga
di sepanjang jalan di sisimu,
tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan
di sisi tempayan yang lain yang tidak retak itu


Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu.
Dan aku memanfaatkannya.
Aku telah
menanam benih-benih bunga
di sepanjang jalan di sisimu,
Dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air,
Kamu mengairi benih-benih itu .
Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik


bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita.